Akibat Leluconnya Zaskia Gotik Terancam Hukuman
Sedang dirisak lantaran leluconnya yang dianggap kebablasan. Zaskia
dianggap menghina negara setelah menyebut tanggal 32 Agustus sebagai
hari proklamasi kemerdekaan Indonesia dan bebek nungging sebagai lambang sila kelima Pancasila.
Menanggapi kasus yang menimpa Zaskia, Vicky Prasetyo angkat bicara.
Menurut Vicky, candaan Zaskia memang kelewat batas. "Parah itu!
Prihatin, lambang negara begitu soalnya," ucap Vicky di Kemang, Jakarta
Selatan, Rabu, 16 Maret 2016.
BACA: Sebut Hari Kemerdekaan 32 Agustus, Zaskia Gotik Hina Negara?
Vicky yakin Zaskia tak sengaja mengucapkan kata-kata berbau pelecehan
itu. Sebab, di matanya, Zaskia adalah sosok yang tak pernah neko-neko.
Vicky berharap Zaskia bisa lebih berhati-hati lagi pada kemudian hari.
"Ini bukan cuma untuk dia. Tapi, siapa pun artis saat sketsa, coba
hindarilah hal-hal seperti itu."
Vicky adalah mantan tunangan
Zaskia. Pertunangan mereka digelar secara mewah di hotel berbintang.
Tapi, belum juga pernikahan digelar, Vicky ditangkap polisi dan
dipenjara akibat kasus penipuan. Vicky juga ketahuan membohongi Zaskia
dengan berbagai bentuk kemewahan yang sempat dia pamerkan.
BACA: Canda Bebek Nungging & Denda Rp 500 Juta buat Zaskia Gotik
Adapun kasus yang membelit Zaskia bermula saat dia membuat banyolan di
layar televisi. Saat tampil dalam sebuah program musik di stasiun
televisi swasta, Selasa, 15 Maret 2016, Zaskia melontarkan lelucon yang
bermaksud menghangatkan suasana. Sayangnya, leluconnya itu dinilai
kebablasan.
Pertama, saat ditanya tentang hari proklamasi
kemerdekaan Indonesia, Zaskia dengan seenaknya menjawab sambil tertawa,
"32 Agustus." Padahal kita ketahui bersama, kemerdekaan Indonesia
diproklamasikan Sukarno pada 17 Agustus 1945.
Kekonyolan
berikutnya terjadi saat Zaskia ditanya soal Pancasila. Tanpa rasa
bersalah, Zaskia menyebut lambang sila kelima adalah bebek nungging, bukan padi dan kapas. Gaya bercanda Zaskia memancing banyak komentar, khususnya dari para netizen. Zaskia dianggap kebablasan karena menggunakan ideologi bangsa sebagai bahan lelucon.
Sumber : tempo.co